24 February 2014

Siapa yang Sesungguhnya Benar

Pagi ini saya membaca tulisan di sebuah blog yang sangat aktif. Tulisan tentang Gejolak Anak Muda. Tulisan ini sangat baik sekali.

Salah satu poin dalam tulisan ini adalah tulisan anak muda yang menggebu-gebu. Seolah mereka mengetahui segalanya.

Saya merasa adalah salah satu dari anak muda itu. Sering kali saya menulis di sosial media tentang kritikan, saran, keluhan yang saya tujukan kepada pejabat, sistem pemerintahan, dan masyarakat umum. Merasa mengetahui segalanya.

Tujuan saya menulis demikian bukanlah karena merasa paling benar, akan tetapi mencoba mengingatkan, berbagi pemikiran dan belajar menulis. Saya juga berharap mendapat respon berupa saran atau pemikiran yang lebih baik. Respon yang membuat pemikiran saya semakin baik dan benar.

Terkadang saya menemukan tulisan saya yang lalu salah, setelah saya mendapat respon dari pembaca atau bahkan setelah mengalami langsung hal yang terkait dengan tulisan saya tersebut. Terkadang kesalahan tulisan tersebut saya temukan setelah saya membaca, melihat, atau menggali beberapa sumber.

Berdasarkan kesalahan tersebut, saya memutuskan untuk lebih mempersiapkan tulisan yang akan saya tulis. Membaca, bertanya dan menggali kebenaran untuk tulisan yang akan saya tulis. Akan tetapi hal ini justru menghambat proses belajar menulis saya, atau bahkan menghentikan proses berpikir. Begitu banyak argumen yang berbeda dan mempunyai kebenaran masing-masing.

Respon dari pembaca tulisan saya beragam. Anak muda mayoritas pro dengan tulisan saya. Sebagian orang tua menganggap saya sok tau. Atau sekedar mengatakan, "Kamu masih muda, belum merasakan, belum terjun langsung, masih idealis, dll". Sebagian orang tua yang lain datar saja. Mungkin mereka lebih memilih membiarkan saya menemukan kebenaran sendiri. Sebagian orang tua lagi aktif memberikan beragam masukkan, yang terkadang benar, namun ada juga yang melebar kemana-mana. Bahkan ada respon orang tua yang lebih sempit dari pemikiran saya.

Lalu... Siapa yang sesungguhnya benar? Apakah saya sepenuhnya salah? Apakah saya harus berhenti menulis karena belum terjun ke bidang yang saya tulis? Apakah saya harus menjadi tua tanpa membaiknya pola pikir saya? Apakah saya harus diam dan mengikuti jejak orang tua yang sekarang sempit pemikirannya?

Ini sekedar tulisan anak muda yang menggebu-gebu, masih belajar merangkai kalimat, masih belajar mengatur sudut pandang pemikiran. Berusaha menjadi penulis blog terbaik, blog inspirasi, blog motivasi, blog tempat berbagi pemikiran.

2 comments:

  1. Tulislah apa yg ingin kamu tulisn jagan berfikir respon pembaca sebelum kamu menulis idemu, jika itu terjadi maka idemu akan membeku dan bisu

    ReplyDelete
  2. Wah terkesan sekali, dikunjungi dan diberi masukkan/ komentar oleh Kepala Sekolah, Penulis, Pakar Bahasa. Terima kasih Bu.

    ReplyDelete