22 December 2014

Dia Berjalan 7 Km Setiap Hari



Suatu sore sebulan yang lalu saat pulang kerja, saya melihat seorang siswa yang berjalan kaki menuju rumahnya. Cukup jauh dari tempat sekolahnya. Hari ini saya mengantarkan siswa pulang yang kebetulan searah dengan tempat tinggal saya. Saat perjalanan kami berdialog tentang perjalan pulang setiap harinya.
“Setiap hari kamu jalan kaki pulang sekolah?”
“Iya Pak”
“Kalau berangkat?”
“Diantar abang saya pak”
“Trus pulangnya tidak dijemput?”
“Abang saya siang kerja, malam kuliah pak. Jadi g bisa jemput”
“Bapak?”
“Kerja juga pak, di luar kota. Senin baru pulang.”
Sesampainya dirumahnya, di Jl. Fajar Ujung, kurang lebih 6-7 km dari sekolahnya. Saya pulang sambil berfikir dan bersyukur. Tidak pantas kita mengeluh hanya karena 30 menit naik sepeda motor atau mobil dalam perjalanan kerja. Ada anak SMP yang berjalan kaki 6-7 km, kurang lebih 1,5 s.d 2 jam setiap hari, di terik panas kota Pekanbaru yang penuh asap kendaraan bermotor.
Kepada seluruh guru di negeri ini. Optimalkan belajar setiap harinya. Jangan hanya mengajar sekedarnya. Jangan hanya “mengandalkan” LKS. Jangan hanya sekedar melepas tanggung jawab. Banyak peserta didik yang bersusah payah dalam perjalanan menuju dan pulang sekolah.
Semoga ini menjadi penyemangat bagi saya, dan kita semua untuk berkerja dengan ikhlas, semangat, demi masa depan kita, anak cucu kita, nusa bangsa kita.

12 October 2014

Bekerja sesuai passion

Saya adalah jiwa yang masih bingung sebaiknya bekerja dibidang apa. Saya belum mengetahui minat dan bakat saya. Apakah harus bekerja sebagai pegawai dengan tekanan kerjanya, atau honor dengan minimnya peningkatan atau usaha pribadi dengan ketidak jelasannya.

Saya adalah jiwa yang mempunyai passion kerja yang senantiasa berubah. Terkadang suka administratif, design, pemrograman, kadang juga photograpy.

Hingga ada teman berkata "passion memang berubah-ubah. Rugi bagi orang yang hanya fokus terhadap satu bidang. Kerjakan sesuai passion saat itu."

Sehingga kini saya putuskan untuk bekerja mencari nafkah sesuai pekerjaan yang Allah pilihkan untuk saya dan meningkatkan kualitas diri dengan melakukan suatu pekerjaan sampingan sesuai passion saat itu.

Saat ini saya bekerja sebagai guru dan tata usaha sekolah. Malamnya saya belajar design, programming, sastra, dll sesuai passion saya saat itu.

Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi teman yang sedang mengalami hal yang sama dengan kisah ini.

01 June 2014

Tentang Segera Menikah

Sabtu, 10 Mei 2014 yang lalu saya baru saja menikah. Senin, 12 Mei 2014 resepsi pernikahan digelar. Saat itu usia saya 26 tahun 2 bulan. Usia yang cukup bagi pria untuk menikah.

Mungkin sebagian orang menganggap saya menikah diwaktu yang tepat. Di usia yang pas. Telah mempunyai pekerjaan, mampu memberi nafkah. Tapi sebagian yang lain menilai terlalu berani, terlalu terburu-buru. Belum punya apa-apa, belum jadi apa-apa.

Mulanya saya juga takut menikah muda. Takut tidak mampu memberi nafkah keluarga. Takut tidak mampu. Pendapatan masih minim. Pekerjaan belum bagus. Peluang dipecat ada. Aset belum punya.

Namun akhirnya saya yakin, bahwa Rizki Allah yang atur. Anak dan istri sudah punya rizki masing-masing. Saya hanya perlu berusaha dan berdoa.

Ternyata, menikah itu menyenangkan. Pendapatan yang saya fikir kurang justru berlebih. Muncul pintu rizki dari arah yang tak terduga. Jiwa menjadi tentram, terhindar dari maksiat. Motivasi kerja semakin tinggi.

Kini tinggal menjemput rizki Allah, untuk mempunyai asset dan rumah pribadi. Pembaca yang budiman, mohon doanya ya....

Jadi tunggu apalagi teman.... ayo menikah muda....

18 April 2014

Pengatrolan Nilai

Saya kemarin mendengar beberapa guru berdiskusi dan mengeluhkan masalah pengatrolan nilai.

Anak jadi sulit diatur, tugas jarang dikerjakan, tidak memperhatikan pelajaran, dan berbagai keluhan lain yang disampaikan, terjadi karena anak telah mengambil pengalaman dari masa yang lalu. Nilai rendahpun akan selalu berubah jadi tinggi, minimal kkm hanya dengan mengerjakan tugas. Bahkan tugas tidak dikerjakan sekalipun, masih mendapat nilai kkm.

Dari diskusi beberapa guru tersebut, saya menarik kesimpulan, alasan mengatrol nilai bukan karena sayang kepada anak,  itu alasan klasik. Itu justru penghancuran jiwa, semangat belajar, semangat juang, dan kejujuran siswa.

Saya tidak bermaksud menyelisihi pemerintah dengan sistem pendidikan ini. Saya juga masih awam. Belum mampu memberikan solusi.

Inilah suara anak bangsa, semoga menjadi bahan perencanaan sistem pendidikan mendatang.

Bagaimana menurut anda?

16 March 2014

Ketakutan, kegalauan, keresahan hidup karena kurang ilmu

Sehari ini saya berdiskusi dengan teman SMA, alumni S1 Universitas Diponegoro dan S2 ITB. Lebih tepatnya berguru, karena saya lebih banyak mendengar pengalaman hidupnya. Terkadang saya bertanya dan dia menjawab dengan pengalaman hidupnya.

Setelah berkeluh kesah tentang kegalauan hidup saya, dan mendengar penjelasan dari pengalaman hidupnya, saya sadar bahwa kegalauan, keresahan, ketakutan hidup yang saya alami itu terjadi karena kurangnya ilmu tentang hidup yang saya miliki.

Dari diskusi singkat itu, saya sadar bahwa ilmu hidup dapat saya peroleh dari silaturahim, diskusi dengan teman atau membaca buku, mungkin termasuk dengan membaca tulisan ini.

Bagaimana menurut anda?

14 March 2014

Asap Salah Satu Bukti Keterbatasan Manusia

Sebulan lebih asap menyesakkan dada masyarakat Riau. Segala upaya pemadaman titik api telah dilakukan. Mulai dengan water booming, pengendalian cuaca, hingga shalat Istisqa memohon turun hujan. Namun titik api tak kunjung habis, bahkan asap semakin tebal.

Dahulu mungkin masyarakat Riau merasa aman dari bencana yang menimpa propinsi tetangga, seperti tsunami, banjir, gunung meletus, dan longsor. Mungkin masyarakat Riau menganggap Riau adalah propinsi dengan kemungkinan bencana yang rendah. Mungkin tak pernah terpikir asap akan menjadi bencana besar seperti sekarang.

Kini ketika bencana asap itu datang, kita tak dapat menolak. Bahkan dengan berbagai usaha yang telah dilakukan, asap tetap datang.

Ini adalah salah satu bukti keterbatasan manusia. Sehebat apapun teknologinya, sejenius apapun SDM nya, sekaya apapun propinsinya, tak ada yang mampu menolak takdir Tuhan.

Mari menarik hikmah dari setiap kejadian.

28 February 2014

Kesenjangan Sosial Jangan Dikeluhkan

"Jika orang kaya sakit, segera dan banyak yang menjenguk. Jika orang miskin (baca:lebih rendah tingkat ekonominya) sakit, ditunda dan sedikit yang menjenguk. Saya sakit, hanya dua orang yang menjenguk". Kalimat itu saya dengar beberapa hari yang lalu sebelum menjenguk rekan kerja yang sakit, saya tulis dengan redaksi berbeda.

Keluhan di atas adalah salah satu bukti ada kesenjangan sosial akibat ekonomi.

Akan tetapi, benarkah masalah menjenguk orang kaya dan  orang kurang mampu hanya karena faktor ekonomi?

Sedikit membandingkan dengan kisah orang kurang mampu yang lain. Ada orang kurang mampu yang jika ia sakit, banyak yang menjenguk. Orang merasa kehilangan tanpa kehadiran orang ini.

Lalu... Apa sesungguhnya faktor lain yang mempengaruhi kesenjangan sosial ini?

Secara alami, manusia akan merasa kehilangan jika sesuatu yang hilang itu sangat penting, banyak manfaatnya. Sesuatu itu bisa berupa benda, alat atau orang. Jadi mungkin kemanfaatan kita juga berpengaruh tentang kesenjangan sosial ini.

Jika orang kaya, memberi manfaat dengan hartanya. Orang yang kurang mampu bisa memberikan manfaat dengan tenaga, pikiran, bahkan perhatian juga bisa mendatangkan manfaat.

Hal yang sulit adalah menata hati agar mampu bermanfaat dalam kondisi kekurangan.

Menurut pemikiran saya, terkadang orang kurang mampu cenderung minder, malu untuk bergaul dengan orang kaya. Ada juga yang merasa kurang cocok dengan gaya pergaulan, pembicaraan orang kaya. Hal ini mengakibatkan kurangnya kedekatan antara orang kaya dan orang kurang mampu.

Pikiran kurang cocok, perasaan minder ini bisa terjadi akibat kurangnya ilmu, ilmu pergaulan, ilmu sosial, dan ilmu yang lainnya. Hal ini juga bisa terjadi karena hati yang sempit, kelam, yang senantiasa berburuk sangka, minder, dan berbagai perasaan buruk lainnya.

Bukankah jika kita ingin bahagia dunia dan akhirat, bisa kita raih dengan ilmu?

Bukankan jika segumpal daging bernama hati baik, maka akan baik keseluruhannya?

Mari sama-sama menjernihkan hati meningkatkan ilmu. Kesenjangan sosial jangan dikeluhkan.

Ini hanya sebagian kecil penyebab kesenjangan sosial. Penulis pemula ini hanya bermaksud belajar menulis, berbagi pemikiran, berharap menjadi blog motivasi, blog inspirasi, blog terbaik, tentu dengan kritik dan saran dari sahabat semua.

Bagaimana menurut sahabat pembaca?

26 February 2014

Sudah Tidak Zamannya Lagi Atasan Kolot

Beberapa hari belakangan ini, salah seorang pembaca blog ini menceritakan bahwa dia tertekan sekali karena pengawas yang mengawas di sekolah tempat dia mengajar begitu nyinyir. Memberikan berbagai kritik tanpa solusi. Bahkan ketika ditanya, jawabannya tidak mencerminkan seorang pengawas. Kesannya baru kemaren sore naik pangkat jadi pengawas.

Seorang teman saya yang lain, mengalami masalah sejenis. Memilih mengundurkan diri karena beban kerja yang tidak sesuai, akibat pimpinan baru yang kurang bijaksana. Saya pikir perusahaan tersebut telah kehilangan karyawan potensial akibat mengangkat pimpinan baru yang kurang kompeten.

Berbanding terbalik dengan itu, saya merasa beruntung mempunyai pimpinan yang luar biasa. Mengetahui kemampuan saya, mampu memotivasi saya, memberikan kepercayaan kepada saya sesuai kemampuan yang saya miliki, mampu menyelesaikan masalah kami para bawahan dengan cepat dan bijaksana, memberikan tugas sesuai kemampuan kami, humoris pada waktu yang tepat, dan berbagai kriteria pimpinan luar biasa yang beliau miliki.

Berdasarkan uraian di atas, saya menggaris bawahi pentingnya pimpinan yang luar biasa. Pimpinan perusahaan, lembaga pendidikan, atasan, atau apapun sebutan untuk orang yang mempunyai bawahan, tidak zamannya lagi pimpinan kolot, Menekan, berkuasa, semena-mena, otoriter, diktator, sok berkuasa dll.

Saya juga belum pernah jadi pemimpin besar. Tapi setidaknya pemimpin yang saya harapkan itu yang mampu memimpin, memahami, mengenali orang yang dipimpin, mangayomi, memotivasi, komunikatif, kreatif dan inovatif. Kriteria pemimpin yang baik juga telah banyak ditulis . Diantaranya 10 kriteria pemimpin yang baik, 7 Ciri Pemimpin yang Baik.

Karyawan, bawahan, atau orang yang dipimpin juga merupakan aset. Aset yang perlu dijaga. Tekanan terkadang bukannya membuat mereka bekerja sesuai target yang ingin diraih, justru membuat hasil yang tidak optimal.

Kewibawaan tidak lagi dicerminkan dengan kemampuan memerintah, kekuasaan, pangkat, atau kediktatoran, tapi lebih kepada kualitas. Kualiatas dan kemampuan memimpin.

Jika ada bawahan, atau tim yang bandel, atau tidak bisa diatur, pemimpin tidak boleh serta merta menyalahkan keadaan, justru pada kondisi demikian kualitas dan kemampuan memimpinnya diuji. Sebuah contoh, dengan anggota tim yang sama, kualitas tim yang sama, bisa menghasilkan tim atau produk yang berbeda, jika pemimpinnya berbeda. Ini membuktikan bahwa bukan anggota tim yang bermasalah, tetapi kemampuan pimpinan mengelola seluruh komponen dengan tepat adalah penentu keberhasilan sebuah tim.

Ini hanya pendapat penulis pemula. Berusaha menjadi blog inspiratif, blog motivasi dan tempat berbagi pemikiran. Bagaimana menurut anda?

24 February 2014

Siapa yang Sesungguhnya Benar

Pagi ini saya membaca tulisan di sebuah blog yang sangat aktif. Tulisan tentang Gejolak Anak Muda. Tulisan ini sangat baik sekali.

Salah satu poin dalam tulisan ini adalah tulisan anak muda yang menggebu-gebu. Seolah mereka mengetahui segalanya.

Saya merasa adalah salah satu dari anak muda itu. Sering kali saya menulis di sosial media tentang kritikan, saran, keluhan yang saya tujukan kepada pejabat, sistem pemerintahan, dan masyarakat umum. Merasa mengetahui segalanya.

Tujuan saya menulis demikian bukanlah karena merasa paling benar, akan tetapi mencoba mengingatkan, berbagi pemikiran dan belajar menulis. Saya juga berharap mendapat respon berupa saran atau pemikiran yang lebih baik. Respon yang membuat pemikiran saya semakin baik dan benar.

Terkadang saya menemukan tulisan saya yang lalu salah, setelah saya mendapat respon dari pembaca atau bahkan setelah mengalami langsung hal yang terkait dengan tulisan saya tersebut. Terkadang kesalahan tulisan tersebut saya temukan setelah saya membaca, melihat, atau menggali beberapa sumber.

Berdasarkan kesalahan tersebut, saya memutuskan untuk lebih mempersiapkan tulisan yang akan saya tulis. Membaca, bertanya dan menggali kebenaran untuk tulisan yang akan saya tulis. Akan tetapi hal ini justru menghambat proses belajar menulis saya, atau bahkan menghentikan proses berpikir. Begitu banyak argumen yang berbeda dan mempunyai kebenaran masing-masing.

Respon dari pembaca tulisan saya beragam. Anak muda mayoritas pro dengan tulisan saya. Sebagian orang tua menganggap saya sok tau. Atau sekedar mengatakan, "Kamu masih muda, belum merasakan, belum terjun langsung, masih idealis, dll". Sebagian orang tua yang lain datar saja. Mungkin mereka lebih memilih membiarkan saya menemukan kebenaran sendiri. Sebagian orang tua lagi aktif memberikan beragam masukkan, yang terkadang benar, namun ada juga yang melebar kemana-mana. Bahkan ada respon orang tua yang lebih sempit dari pemikiran saya.

Lalu... Siapa yang sesungguhnya benar? Apakah saya sepenuhnya salah? Apakah saya harus berhenti menulis karena belum terjun ke bidang yang saya tulis? Apakah saya harus menjadi tua tanpa membaiknya pola pikir saya? Apakah saya harus diam dan mengikuti jejak orang tua yang sekarang sempit pemikirannya?

Ini sekedar tulisan anak muda yang menggebu-gebu, masih belajar merangkai kalimat, masih belajar mengatur sudut pandang pemikiran. Berusaha menjadi penulis blog terbaik, blog inspirasi, blog motivasi, blog tempat berbagi pemikiran.

19 February 2014

Menebar kebaikan atau kebosanan

Salah satu tujuan hidup saya adalah bermanfaat bagi orang lain. Manfaat yang saya maksud bisa berupa ilmu, harta, tenaga, pikiran, bahkan sekedar membuang duri di jalan atau memungut sampah.

Saat ini harta yang saya miliki belum cukup besar manfaatnya untuk orang lain. Mungkin hanya sampai infak jum'at atau sedekah kecil-kecilan.

Maka hal yang kini bisa saya lakukan adalah "menebar kebaikan". Menebar kebaikan melalui menulis, juga memotivasi di depan kelas disela-sela waktu nengajar.

Akan tetapi terkadang saya merasa tulisan atau motivasi yang saya sampaikan terkadang menebar kebosanan bukan kebaikan. Tulisan saya tidak menentu rangkaian kalimatnya. Kalimat motivasi yang saya sampaikan juga bertele-tele.

Kekurangan saya itu membuat saya hampir putus asa. Takut menulis dan segan memotivasi. Takut jika membosankan. Takut jika bertele-tele.

Akan tetapi akhirnya saya sadar. Jika saya berhenti, maka tujuan hidup saya bermanfaat untuk orang lain gagal. Jika saya terus mencoba, tidak tertutup kemungkinan tulisan dan motivasi saya mampu merubah jutaan orang menjadi semangat untuk membuat perubahan positif.

Mari selalu belajar seperti saya yang sedang belajar menulis ini.

05 February 2014

Stadiun Utama Riau yang "Terabaikan"


Stadiun kebanggaan Rakyat Riau ini hampir hilang nilai kebanggaannya. Bahkan ternodai dengan hal-hal negatif. Jika malam hari tiba, Stadiun yang pernah menjadi venue PON ini menjadi tempat mesum beberapa pasangan remaja SMA dan Mahasiswa. Kejahatan geng Motor juga pernah terjadi di kawasan ini.

Stadiun yang belum lunas ini (- Rp165.252.591.685) , kini kondisinya mengenaskan, terabaikan dan tidak terawat. Banyak sampah  ditinggalkan para remaja usai duduk santai atau olahraga. Tidak sedikit coretan merusak pemandangan. Rumput yang ditanam tak sempat menghijau bahkan mati karena selalu dilewati pejalan kaki, sepeda motor dan mobil. Taman yang tak terjaga atau mungkin konstruksinya yang tidak kokoh, juga longsor. Lampu taman, kaca sebagian pecah. Lampu tembak menyala di siang hari.

Jika dikelola dengan baik, sesungguhnya Stadiun dengan nilai kontrak Rp932.679.037.750 ini bisa menjadi tempat olahraga dan rekreasi yang menyenangkan. Pedagang dan pengunjung yang sangat ramai bisa menjadi sumber pendapatan untuk merawat stadiun. Setidaknya untuk membayar tenaga kebersihan dan keamanan.
Tulisan ini masih dangkal. Masih tahap belajar menulis. Mencoba menebar pemikiran untuk kebaikan, bukan untuk perselisihan. Mohon kritik dan saran yang membangun.